Kamis, 20 Maret 2014
Galeri Foto Foto Cewek Kimcil - Kimcil
Diposting oleh
Unknown
di
19.54
Galeri Foto Foto Cewek Kimcil - Kimcil merupakan singkatan dari Kimpol Cilik. Mungkin yang dimaksud adalah pemilik dari betis (yang dalam bahasa Jawa disebutnya Kimpol), kecil yang dalam hal ini adalah remaja cewek seusia anak sekolahan. Tentu, yang dimaksud bukan remaja biasa tapi remaja sekolahan yang ngejual tubuhnya demi beberapa rupiah...

![]() |
Galeri Foto Foto Cewek Kimcil |
![]() |
Toket Mulus seksi |
![]() |
Bugil |
![]() |
BUgil Narsis |
![]() |
puting item |
![]() |
ABG Bugil |
![]() |
Cewek Klimaks |
![]() |
Chating bugil |
![]() |
toket seksi dan montok |
![]() |
Cewek berkacamata narsis |
![]() |
Pamer memek |
![]() |
Nelpon Bugil |
![]() |
memek jembut |
![]() |
pamer memek |

Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku
Diposting oleh
Unknown
di
19.47
Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku - Di kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi atau artikel mengenai Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru dan di artikel sebelum nya saya telah membahas atau membuat postingan tentang Cerita Dewasa 2014 Paling Hot yang bisa sobat baca juga. Untuk kali ini giliran BLABLABALA yang akan saya bahas dan berikan infromasi lengkap nya kepada sobat sekalian yang memang sedang mencari nya.
Untuk melihat informasi mengenai Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku ini sobat bisa langusng lihat info lengkap nya langsung dibawah ini. Berikut ini Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru yang bisa sobat simak atau lihat selengkap nya dibawah ini
Bagi kalian yang belum berumur 20 tahun silahkan kalian baca artikel yang lain karena ini adalahCerita Dewasa atau istilah lain nya Cerita Seks.
Pada suatu pagi aku menerima sepucuk surat. Ternyata surat itu dari sahabatku Nasem yang tinggal di Manado. Isinya dia mengundangku datang ke sana untuk berkangen-kangenan. Maklum telah puluhan tahun kami terpisah jauh. Nasem di Minahasa, Sulawesi Utara dan aku tetap di Malang, Jawa Timur.
Dalam suratnya, Nasem menceritakan pula tentang keadaan Hamid (samaran, sahabat kami pula) di Tewah. Katanya, ia juga kangen padaku.
Yah, sesungguhnya aku pun juga kangen pada mereka. Kami adalah tiga sahabat karib, yang dulu tak terpisahkan. Lahir di kampung yang sama, tahun yang sama pula. Tak heran orang kampung menjuluki "Three Brothers". Cuma bedanya, Nasem dan Hamid sukses di kariernya. Kini Nasem menjadi Kepala Cabang Dealer Mobil/Motor di Minahasa dan Hamid menjadi pedagang antar pulau dan tinggal di Tewah. Sedang aku tidak. Tak banyak yang bisa dilakukan anak petani macam aku ini.
Sayangnya, setelah 10 tahun menikahi gadis Minahasa, Nasem belum juga dikaruniai anak. Beda denganku yang harus pontang-panting menghidupi isteri dan keempat anakku. Kalau saja Nasem tidak membantu, mungkin aku sudah tidak sanggup. Itulah yang membuatku terharu. Meski sudah makmur dan terpisah oleh lautan, mereka masih memperhatikanku.
Kembali ke surat Nasem. Ada satu hal penting yang disampaikannya, yaitu minta bantuanku. Tanpa menjelaskan apa yang dimaksudkannya. Aku pun bingung, apa yang bisa kuperbuat untuk membantu orang sekaya Nasem?
Dengan uang yang dikirimkannya, aku pun berangkat memenuhi undangannya. Istriku harus tinggal, untuk menjaga rumah dan anak-anak yang harus sekolah. Kepadanya aku pamit untuk waktu barang satu dua minggu.
Lalu, setelah 5 hari 5 malam berlayar, aku pun sampai di tujuan. Di situ aku sudah dijemput oleh Nasem dan istrinya. Begitu kapal bersandar, mataku menangkap sepasang tuan dan nyonya melambai-lambaikan tangan. "Nduutt.., Genduutt..!!" Teriak mereka. Nasem masih tetap memanggil dengan julukanku dan bukan namaku. Dulu semasa kecil, aku memang paling gendut dibanding Nasem Dan Hamid.
Begitu turun dari kapal, kami saling berpelukan tanpa canggung. Kurasakan mereka memang rindu sekali padaku. Acara kangen-kangenan berlanjut sampai di rumah. Rumah Nasem besar, sedang dipugar dan mirip rumah pejabat. Apakah karena hal ini ia memanggilku ke sini? Entahlah. Praktis seharian kami tak menyinggung soal kedatanganku, karena keasyikan saling berkisah selama kami berpisah.
Maka pada malam kedua itulah, sehabis makan malam, Nasem dengan istrinya Sari memanggilku ke ruang tamu. Mulailah mereka membicarakan soal "bantuan" itu.
"Kira-kira apa yang bisa kubantu, apakah mengerjakan rumahmu ini?" tanyaku.
Kulirik, Nasem menggelengkan kepala.
"Begini Ndut, kamu kan tahu kami sudah 10 tahun menikah, tapi belum juga diberi momongan. Masalahnya, menurut dokter, aku ini memang mandul. Jadi kami sepakat untuk minta tolong kamu. Itu sebabnya kami mengundangmu datang kemari," tutur Nasem, panjang-lebar. Tapi aku masih bingung dengan ucapannya itu, hingga kuminta ia menjelaskan lagi.
"Jelasnya, kami ingin sekali punya anak walau seorang. Tapi kutahu pasti dari dokter bahwa aku tidak bisa membuahi istriku karena aku mandul. Maka kuminta bantuanmu untuk menggantikan diriku agar kami bisa punya anak," tuturnya lagi dengan jelas.
"Hah.. apa? Aku harus menggantikan dirimu agar bisa memberikan anak kepadamu," tanyaku, penasaran.
"Yah.. begitulah maksudku," jawabnya, membuat aku kian tak mengerti.
"Lalu dengan cara bagaimana aku menggantikanmu? Kamu kan tahu bahwa aku ini bukan 'Deddy Coubuzier' atau dukun. Apakah aku bisa melaksanakan permintaanmu itu Sem?" ucapku.
"Ah kamu ini memang nggak tahu atau pura-pura nggak tahu. Begini, kamu ini memang bukan seorang dukun dan permintaanku ini tidak ada kaitannya dengan perdukunan. Yang kuminta adalah, kesediaanmu menggantikan diriku sebagai suami dari istriku, untuk membuahi rahim istriku agar kami bisa punya anak. Sudah? Jelas tidak?" ucap Nasem merinci, dan nampak agak kesal juga melihat kebodohanku.
"Oh begitu maksudmu. Tapi benarkah ucapanmu itu? Dan apakah Sari menyetujuinya?" tanyaku meyakinkan, seraya memberi pertimbangan agar Nasem mengadopsi anak saja.
Menurut mereka, semula memang berniat untuk mengadopsi anak.
"Tapi sebaik-baiknya mengadopsi anak, masih lebih baik punya anak dari rahim istriku sendiri. Dan ini kalau bisa.. ya kan sayang?" ucap Nasem.
"Ya Mas Ndut, kami sudah berunding sebelumnya. Dan demi keinginan kami, aku rela menyerahkan tubuhku untuk dibuahi Mas Ndut.." ucap Sari pelan.
Kini aku paham maksud mereka. Tapi aku tak segera menjawab, mendadak terpampang buah simalakama di mataku. Bila kuterima, ah.. itu berarti aku harus melanggar pagar ayu. Apalagi ini istri sahabat sendiri. Dan bila kutolak, Nasem pasti kecewa. Itu yang pertama. Yang kedua, aku terlanjur datang jauh-jauh dari Jawa. Dan ketiga mengingat budi dan jasanya yang kuterima selama ini, kapan lagi aku bisa membalasnya.
Tapi Nasem terus mendesakku.
"Yah.. bagaimana ini ya. Sem, kuterima atau tidak permintaanmu ini?" kataku.
"Sudahlah Ndut, kuharap kamu bersedia membantuku. Nggak usah risau, kami pun tak ada perasaan apa-apa atas bantuanmu," ucap Nasem meyakinkan.
Aku pun tanpa sadar berucap, "Yah baiklah. Tapi bagaimana nanti kalau gagal?" tanyaku.
"Seandainya gagal, itu bukan kesalahanmu. Nanti kami akan senantiasa berdoa semoga keinginan kami ini dikabulkan," ucap Nasem dengan arif.
Selanjutnya dengan kesepakatan dan restu bersama, aku diminta untuk memulai malam itu juga. Begitu mendengar kesediaanku mereka permisi hendak mempersiapkan kamar tengah. Nasem sendiri nampaknya pindah ke kamar depan. Bantal dan perlengkapan tidur lainnya dibawanya ke depan.
Tepat pukul 22:00 WITA, aku dipersilakan Sari masuk ke kamar tengah yang sudah bersih, indah dan harum. Terasa berat kakiku melangkah, hingga Nasem dan Sari membimbingku masuk. Habis itu, Nasem pun keluar, meninggalkan aku dan Sari berdua di kamar.
"Sari, apakah kamu yakin aku bakal bisa memberi anak nantinya..?" tanyaku.
"Mas Ndut, secara pribadi aku yakin kamu bakal bisa memberi anak untukku nantinya." ucapnya manja.
"Aku tidak tega tubuhku yang kotor ini nantinya akan 'mengobok-obok' tubuhmu yang mulus itu."
"Mas Ndut, aku kan sudah bilang ini demi keinginan kami berdua. Jadi tubuhku yang mulus ini kuserahkan padamu Mas. Ayo dekatlah kemari Mas Ndut. Tak usah malu-malu, aku siap bertempur Mas.." ucapnya lagi sambil menarik tanganku ke pembaringan.
Sayup-sayup kudengar pintu jendela depan ditutup dan dikunci.
"Lho siapa yang menutup pintu dan jendela di luar sana itu Sar?" tanyaku, sembari duduk di bibir ranjang.
"Oh itu pasti Mas Nasem sendiri kok Mas Ndut," jawabnya, seraya menjelaskan bahwa 2 pembantunya terpaksa dipulangkan agar rencana ini berjalan mulus.
"Oh begitu!" ucapku.
"Mas Ndut aku sudah nggak tahan nich?" ucapnya sambil membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya yang mulus itu. Tubuhnya yang mulus dengan susunya yang begitu montok dan vaginanya yang menantang. Panas dingin aku memandangnya. Lutut ini gemetar dan tubuhku meriang bak kena setrum listrik 1000 watt. Aku yang biasa melihat istriku bugil, kini jadi lain.
Di rumah aku biasa tidur dengan beralaskan tikar. Kini aku berhadapan dengan ranjang mewah beraroma wangi, plus tubuh mulus tergolek di atasnya. Tapi badanku terus menggigil seperti terjangkit malaria berat. Eh, Sari tiba-tiba bangun menghampiriku dan melepaskan seluruh pakaianku yang sejak tadi belum kubuka. Aku cuma terbengong-bengong saja. Lalu..
"Sekarang.. coba Mas Ndut berbaring.." ucapnya sambil mendorong tubuh telanjangku. Aku menurut saja. Penisku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Sari mulai beraksi.
"Wah.. wahh.. besar sekali penismu, Mas Ndut." tangan Sari segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut. Segera saja penisku yang sudah berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Sari. Ia segera menjilati penisku itu dengan penuh semangat. Kepala penisku dihisapnya keras-keras, hingga membuatku merintih keenakan.
"Ahh.. ahh.. ohh.." aku tanpa sadar merintih merasakan nikmat sesaat. Menyadari keringatku yang mengucur dengan deras sehingga menimbulkan bau badanku yang kurang sedap, buru-buru aku mendorong kepala Sari yang masih mengulum penisku itu untuk pamit mau mandi dulu. Lalu, kuguyur badanku dengan segala macam sabun dan parfum yang ada di situ kugosokkan agar badanku harum. Tiga kran yang ada di situ kubuka semua dan kurasakan mana yang berbau sedap, kupakai untuk menyegarkan badan. Bukankah sebentar lagi aku mesti melayani sang putri bak bidadari?! Mungkin sudah terlalu lama aku di kamar mandi, terdengar Sari mengetuknya. Begitu pintu kubuka, ah. Sari berdiri dengan tubuh montoknya. Ohh.. Seandainya yang pamer aurat di depanku itu istriku aku tak akan menanti lama-lama pasti langsung kudekap dia. Tapi dia adalah istri sahabatku."Malaria"-ku yang sempat sembuh waktu mandi tadi, kini kumat lagi. Cepat-cepat aku masuk lagi dan menguncinya. Di dalam kamar mandi aku bimbang bagaimana sebaiknya, kulaksanakan atau kubatalkan saja?
Akhirnya malam itu terpaksa gagal. Hingga pukul lima pagi aku masih belum berani melakukannya. Melihat Sari bak bidadari turun dari kahyangan, memang membuatku tergiur. Tapi ketika berhadapan dengannya nyaliku jadi ciut.
Esoknya rupanya Sari melapor pada suaminya. Dan aku ditegur Nasem.
"Ndut, kenapa tidak kamu laksanakan? Bukankah sudah kami katakan." ucapnya.
Aku cuma diam saja. Agar tidak kecewa lagi, malam ini tekadku akan kulipatgandakan untuk melakukannya.
Pukul 22.00 WITA, Nasem meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Sejurus kemudian, "Ayo Mas Ndut kita tidur yuk," ucap Sari manja sembari meraih tanganku dan ditariknya ke kamar. Setelah mengunci pintu kamar, dia menyuruhku duduk di tepi ranjang dan jari-jarinya yang lentik mulai memijat pundakku. Aneh, setelah dipijat aku menjadi lebih rileks. Dia sorongkan wajahnya dekat sekali dengan wajahku dan tiba-tiba bibir kami sudah merapat dan saling menghisap. Lama juga kami berciuman dan juga saling memilin lidah sementara tangan kami saling membelai dan mengusap.
Kami masih duduk berhadapan. Lalu Sarilah yang mulai membuka semua pakaianku. Dia kecup leherku turun ke bawah ke dada dan ke puting dadaku. Sampai disini, dia menjulurkan lidahnya dan putingku dijilat-jilat. penisku langsung menegang, sangat keras dan semakin keras karena diremas-remas olehnya.
Singkat kata, kami pun sudah bertelanjang bulat dan aku pun segera menindih badannya yang kenyal dan padat. Karena ada sisa kegugupan, maka aku langsung coba memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
"Tunggu, pelan-pelan saja Mas Ndut," bisiknya sambil mengelus kepala kemaluanku di depan lubangnya. Pelan-pelan sekali. Lalu tugasnya kuambil alih dan kulanjutkan menyentuh dan menggosokkan kepala penisku itu. Pelan dan pelan sekali. Terasa olehku lubangnya semakin basah dan licin. Tiba-tiba.. "Slepp.." masuklah penisku ke dalam sangkarnya.
Aku mulai menggenjot perlahan-lahan. Naik turun, naik turun. Sementara itu bibir kami berdua tetap bertaut. Saling kecup, saling hisap. Tangan Sari mengusap-usap punggungku terkadang turun ke bawah ke pantat dan jarinya mempermainkan lubang pantatku, geli campur enak. Tanganku sibuk mengelus kepalanya dan rambutnya. Semua kami lakukan dengan pelan dan lembut.
Setiap aku hampir sampai ke puncak, Sari selalu memelukku erat-erat sehingga aku tidak bisa bergerak. Tepatnya, kami berdua diam tak bergerak sambil saling peluk dan penisku tertanam dalam di kemaluannya. Setelah agak reda kembali aku memompa naik turun.
Selang beberapa saat, Sari ganti di atas. Rupanya dia amat menyenangi posisi ini. Ganti sekarang dia yang memeluk dan menciumiku sementara pantatnya bergoyang dan berputar dengan penisku tertancap di dalam kemaluannya. Semakin lama semakin semangat. Sampai akhirnya ia pun mengejang dan mulutnya berdesis-desis dan kepalanya bergoyang-goyang liar ke kiri dan ke kanan, kupeluk dia dan kutekan pantatnya sehingga sampailah ia pada puncak kepuasannya. Lemaslah tubuh Sari dan dia menciumi seluruh wajahku sambil mengucapkan, "Terima kasih ya Mas? Mas telah melakukan tugas dengan baik.. aku sungguh tidak menyangka Mas bisa membuatku melayang sampai ke langit yang ke-tujuh.. (ucapnya sambil mengecup bibirku, terus tangannya memegang penisku yang menurut dia jauh lebih besar dan panjang dari punya Nasem)".
Selesai tugasku maka aku pun membalikkan badannya dan ganti aku di atas. Kuangkat kedua kakinya dan kubelitkan di kedua pahaku lalu kumasukkan penisku dan kukocok perlahan-perlahan untuk makin lama makin cepat dan akhirnya menyemburlah air maniku ke dalam lubang vagina Sari. Sari memeluk tubuhku erat-erat dan kami pun berciuman lama. Sempat sekitar sepuluh menit kami diam tak bergerak dalam posisi aku di atas badannya dan tubuh kami tetap jadi satu bersambung dari bawah.
Tak terasa 'pekerjaan' yang kulaksanakan ini sudah menginjak malam ke dua belas.
"Mas Ndut, sebenarnya menurut perhitungan saya, haid saya sudah lewat 7 hari yang lalu," kata Sari pada suatu malam setelah kami kelelahan. Tapi Nasem masih belum yakin istrinya hamil. Aku dimintanya 'bersabar' barang sepuluh hari atau dua minggu lagi. Bersamaan dengan itu, ia mengirimkan uang belanja untuk istriku dan anak-anakku.
Hingga pada suatu hari, terhitung hampir sebulan aku di sana. Nasem membawa istrinya ke dokter ahli kandungan. Tak berapa lama mereka pun pulang dengan wajah yang cerah. Berhasil!
"Oh Ndut, istriku hamil!" katanya gembira.
Kiranya 'pekerjaanku' tak sia-sia. Kusarankan pada mereka untuk menjaga kandungan Sari, hingga kelak si jabang bayi lahir. Aku sendiri, sudah kangen pada keluargaku di kampung. Maklum, hampir sebulan aku meninggalkan mereka. Tapi aku berjanji kepada Nasem, bersedia diundang lagi seandainya hasilnya gagal. Nasem pun tak keberatan melepaskanku pulang. Kebetulan dua hari lagi ada kapal berangkat ke Surabaya. Sorenya mereka belanja oleh-oleh untuk keluargaku di rumah. Aduh bukan main senangnya hati mereka. Setelah itu aku pun berangkat naik kapal pulang ke kampung.
Singkat cerita, sesampainya di rumah kukatakan pada istriku bahwa aku diminta menyelesaikan bangunan rumahnya. Dan istriku percaya saja. Tapi dalam hati, aku merasa berdosa kepadanya.
Delapan bulan kemudian aku menerima surat dari Nasem bahwa 'anaknya' telah lahir, wanita, cantik lagi, dan diberinya nama Ratih. "Ah syukurlah," gumamku.
Begitulah yang terjadi. Rahasia ini masih kusimpan demi ketenangan keluargaku. Tapi satu hal yang tak dapat kupungkiri, bahwa darah dagingku pun terpisah di sana. Disatu sisi aku bangga dapat membahagiakan sahabatku dan membalas budinya. Tapi disisi lain soal akibat dosanya, kuserahkan kepada Yang Di Atas. Aku hanya dapat berucap, mohon ampun pada-Nya.
Mungkin cukup sekian dulu untuk artikel Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru yang telah saya berikan kepada sobat sekalian pengunjung setia blog ini, dan semoga saja info atau artikel mengenai Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku ini bisa bermanfaat untuk sobat sekalian yang memang sedang mencari nya. Sekian dan terima kasih sudah berkunjung.
Untuk melihat informasi mengenai Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku ini sobat bisa langusng lihat info lengkap nya langsung dibawah ini. Berikut ini Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru yang bisa sobat simak atau lihat selengkap nya dibawah ini
Bagi kalian yang belum berumur 20 tahun silahkan kalian baca artikel yang lain karena ini adalahCerita Dewasa atau istilah lain nya Cerita Seks.
Pada suatu pagi aku menerima sepucuk surat. Ternyata surat itu dari sahabatku Nasem yang tinggal di Manado. Isinya dia mengundangku datang ke sana untuk berkangen-kangenan. Maklum telah puluhan tahun kami terpisah jauh. Nasem di Minahasa, Sulawesi Utara dan aku tetap di Malang, Jawa Timur.
Dalam suratnya, Nasem menceritakan pula tentang keadaan Hamid (samaran, sahabat kami pula) di Tewah. Katanya, ia juga kangen padaku.
Yah, sesungguhnya aku pun juga kangen pada mereka. Kami adalah tiga sahabat karib, yang dulu tak terpisahkan. Lahir di kampung yang sama, tahun yang sama pula. Tak heran orang kampung menjuluki "Three Brothers". Cuma bedanya, Nasem dan Hamid sukses di kariernya. Kini Nasem menjadi Kepala Cabang Dealer Mobil/Motor di Minahasa dan Hamid menjadi pedagang antar pulau dan tinggal di Tewah. Sedang aku tidak. Tak banyak yang bisa dilakukan anak petani macam aku ini.
Sayangnya, setelah 10 tahun menikahi gadis Minahasa, Nasem belum juga dikaruniai anak. Beda denganku yang harus pontang-panting menghidupi isteri dan keempat anakku. Kalau saja Nasem tidak membantu, mungkin aku sudah tidak sanggup. Itulah yang membuatku terharu. Meski sudah makmur dan terpisah oleh lautan, mereka masih memperhatikanku.
Kembali ke surat Nasem. Ada satu hal penting yang disampaikannya, yaitu minta bantuanku. Tanpa menjelaskan apa yang dimaksudkannya. Aku pun bingung, apa yang bisa kuperbuat untuk membantu orang sekaya Nasem?
Dengan uang yang dikirimkannya, aku pun berangkat memenuhi undangannya. Istriku harus tinggal, untuk menjaga rumah dan anak-anak yang harus sekolah. Kepadanya aku pamit untuk waktu barang satu dua minggu.
Lalu, setelah 5 hari 5 malam berlayar, aku pun sampai di tujuan. Di situ aku sudah dijemput oleh Nasem dan istrinya. Begitu kapal bersandar, mataku menangkap sepasang tuan dan nyonya melambai-lambaikan tangan. "Nduutt.., Genduutt..!!" Teriak mereka. Nasem masih tetap memanggil dengan julukanku dan bukan namaku. Dulu semasa kecil, aku memang paling gendut dibanding Nasem Dan Hamid.
Begitu turun dari kapal, kami saling berpelukan tanpa canggung. Kurasakan mereka memang rindu sekali padaku. Acara kangen-kangenan berlanjut sampai di rumah. Rumah Nasem besar, sedang dipugar dan mirip rumah pejabat. Apakah karena hal ini ia memanggilku ke sini? Entahlah. Praktis seharian kami tak menyinggung soal kedatanganku, karena keasyikan saling berkisah selama kami berpisah.
Maka pada malam kedua itulah, sehabis makan malam, Nasem dengan istrinya Sari memanggilku ke ruang tamu. Mulailah mereka membicarakan soal "bantuan" itu.
"Kira-kira apa yang bisa kubantu, apakah mengerjakan rumahmu ini?" tanyaku.
Kulirik, Nasem menggelengkan kepala.
"Begini Ndut, kamu kan tahu kami sudah 10 tahun menikah, tapi belum juga diberi momongan. Masalahnya, menurut dokter, aku ini memang mandul. Jadi kami sepakat untuk minta tolong kamu. Itu sebabnya kami mengundangmu datang kemari," tutur Nasem, panjang-lebar. Tapi aku masih bingung dengan ucapannya itu, hingga kuminta ia menjelaskan lagi.
"Jelasnya, kami ingin sekali punya anak walau seorang. Tapi kutahu pasti dari dokter bahwa aku tidak bisa membuahi istriku karena aku mandul. Maka kuminta bantuanmu untuk menggantikan diriku agar kami bisa punya anak," tuturnya lagi dengan jelas.
"Hah.. apa? Aku harus menggantikan dirimu agar bisa memberikan anak kepadamu," tanyaku, penasaran.
"Yah.. begitulah maksudku," jawabnya, membuat aku kian tak mengerti.
"Lalu dengan cara bagaimana aku menggantikanmu? Kamu kan tahu bahwa aku ini bukan 'Deddy Coubuzier' atau dukun. Apakah aku bisa melaksanakan permintaanmu itu Sem?" ucapku.
"Ah kamu ini memang nggak tahu atau pura-pura nggak tahu. Begini, kamu ini memang bukan seorang dukun dan permintaanku ini tidak ada kaitannya dengan perdukunan. Yang kuminta adalah, kesediaanmu menggantikan diriku sebagai suami dari istriku, untuk membuahi rahim istriku agar kami bisa punya anak. Sudah? Jelas tidak?" ucap Nasem merinci, dan nampak agak kesal juga melihat kebodohanku.
"Oh begitu maksudmu. Tapi benarkah ucapanmu itu? Dan apakah Sari menyetujuinya?" tanyaku meyakinkan, seraya memberi pertimbangan agar Nasem mengadopsi anak saja.
Menurut mereka, semula memang berniat untuk mengadopsi anak.
"Tapi sebaik-baiknya mengadopsi anak, masih lebih baik punya anak dari rahim istriku sendiri. Dan ini kalau bisa.. ya kan sayang?" ucap Nasem.
"Ya Mas Ndut, kami sudah berunding sebelumnya. Dan demi keinginan kami, aku rela menyerahkan tubuhku untuk dibuahi Mas Ndut.." ucap Sari pelan.
Kini aku paham maksud mereka. Tapi aku tak segera menjawab, mendadak terpampang buah simalakama di mataku. Bila kuterima, ah.. itu berarti aku harus melanggar pagar ayu. Apalagi ini istri sahabat sendiri. Dan bila kutolak, Nasem pasti kecewa. Itu yang pertama. Yang kedua, aku terlanjur datang jauh-jauh dari Jawa. Dan ketiga mengingat budi dan jasanya yang kuterima selama ini, kapan lagi aku bisa membalasnya.
Tapi Nasem terus mendesakku.
"Yah.. bagaimana ini ya. Sem, kuterima atau tidak permintaanmu ini?" kataku.
"Sudahlah Ndut, kuharap kamu bersedia membantuku. Nggak usah risau, kami pun tak ada perasaan apa-apa atas bantuanmu," ucap Nasem meyakinkan.
Aku pun tanpa sadar berucap, "Yah baiklah. Tapi bagaimana nanti kalau gagal?" tanyaku.
"Seandainya gagal, itu bukan kesalahanmu. Nanti kami akan senantiasa berdoa semoga keinginan kami ini dikabulkan," ucap Nasem dengan arif.
Selanjutnya dengan kesepakatan dan restu bersama, aku diminta untuk memulai malam itu juga. Begitu mendengar kesediaanku mereka permisi hendak mempersiapkan kamar tengah. Nasem sendiri nampaknya pindah ke kamar depan. Bantal dan perlengkapan tidur lainnya dibawanya ke depan.
Tepat pukul 22:00 WITA, aku dipersilakan Sari masuk ke kamar tengah yang sudah bersih, indah dan harum. Terasa berat kakiku melangkah, hingga Nasem dan Sari membimbingku masuk. Habis itu, Nasem pun keluar, meninggalkan aku dan Sari berdua di kamar.
"Sari, apakah kamu yakin aku bakal bisa memberi anak nantinya..?" tanyaku.
"Mas Ndut, secara pribadi aku yakin kamu bakal bisa memberi anak untukku nantinya." ucapnya manja.
"Aku tidak tega tubuhku yang kotor ini nantinya akan 'mengobok-obok' tubuhmu yang mulus itu."
"Mas Ndut, aku kan sudah bilang ini demi keinginan kami berdua. Jadi tubuhku yang mulus ini kuserahkan padamu Mas. Ayo dekatlah kemari Mas Ndut. Tak usah malu-malu, aku siap bertempur Mas.." ucapnya lagi sambil menarik tanganku ke pembaringan.
Sayup-sayup kudengar pintu jendela depan ditutup dan dikunci.
"Lho siapa yang menutup pintu dan jendela di luar sana itu Sar?" tanyaku, sembari duduk di bibir ranjang.
"Oh itu pasti Mas Nasem sendiri kok Mas Ndut," jawabnya, seraya menjelaskan bahwa 2 pembantunya terpaksa dipulangkan agar rencana ini berjalan mulus.
"Oh begitu!" ucapku.
"Mas Ndut aku sudah nggak tahan nich?" ucapnya sambil membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya yang mulus itu. Tubuhnya yang mulus dengan susunya yang begitu montok dan vaginanya yang menantang. Panas dingin aku memandangnya. Lutut ini gemetar dan tubuhku meriang bak kena setrum listrik 1000 watt. Aku yang biasa melihat istriku bugil, kini jadi lain.
Di rumah aku biasa tidur dengan beralaskan tikar. Kini aku berhadapan dengan ranjang mewah beraroma wangi, plus tubuh mulus tergolek di atasnya. Tapi badanku terus menggigil seperti terjangkit malaria berat. Eh, Sari tiba-tiba bangun menghampiriku dan melepaskan seluruh pakaianku yang sejak tadi belum kubuka. Aku cuma terbengong-bengong saja. Lalu..
"Sekarang.. coba Mas Ndut berbaring.." ucapnya sambil mendorong tubuh telanjangku. Aku menurut saja. Penisku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Sari mulai beraksi.
"Wah.. wahh.. besar sekali penismu, Mas Ndut." tangan Sari segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut. Segera saja penisku yang sudah berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Sari. Ia segera menjilati penisku itu dengan penuh semangat. Kepala penisku dihisapnya keras-keras, hingga membuatku merintih keenakan.
"Ahh.. ahh.. ohh.." aku tanpa sadar merintih merasakan nikmat sesaat. Menyadari keringatku yang mengucur dengan deras sehingga menimbulkan bau badanku yang kurang sedap, buru-buru aku mendorong kepala Sari yang masih mengulum penisku itu untuk pamit mau mandi dulu. Lalu, kuguyur badanku dengan segala macam sabun dan parfum yang ada di situ kugosokkan agar badanku harum. Tiga kran yang ada di situ kubuka semua dan kurasakan mana yang berbau sedap, kupakai untuk menyegarkan badan. Bukankah sebentar lagi aku mesti melayani sang putri bak bidadari?! Mungkin sudah terlalu lama aku di kamar mandi, terdengar Sari mengetuknya. Begitu pintu kubuka, ah. Sari berdiri dengan tubuh montoknya. Ohh.. Seandainya yang pamer aurat di depanku itu istriku aku tak akan menanti lama-lama pasti langsung kudekap dia. Tapi dia adalah istri sahabatku."Malaria"-ku yang sempat sembuh waktu mandi tadi, kini kumat lagi. Cepat-cepat aku masuk lagi dan menguncinya. Di dalam kamar mandi aku bimbang bagaimana sebaiknya, kulaksanakan atau kubatalkan saja?
Akhirnya malam itu terpaksa gagal. Hingga pukul lima pagi aku masih belum berani melakukannya. Melihat Sari bak bidadari turun dari kahyangan, memang membuatku tergiur. Tapi ketika berhadapan dengannya nyaliku jadi ciut.
Esoknya rupanya Sari melapor pada suaminya. Dan aku ditegur Nasem.
"Ndut, kenapa tidak kamu laksanakan? Bukankah sudah kami katakan." ucapnya.
Aku cuma diam saja. Agar tidak kecewa lagi, malam ini tekadku akan kulipatgandakan untuk melakukannya.
Pukul 22.00 WITA, Nasem meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Sejurus kemudian, "Ayo Mas Ndut kita tidur yuk," ucap Sari manja sembari meraih tanganku dan ditariknya ke kamar. Setelah mengunci pintu kamar, dia menyuruhku duduk di tepi ranjang dan jari-jarinya yang lentik mulai memijat pundakku. Aneh, setelah dipijat aku menjadi lebih rileks. Dia sorongkan wajahnya dekat sekali dengan wajahku dan tiba-tiba bibir kami sudah merapat dan saling menghisap. Lama juga kami berciuman dan juga saling memilin lidah sementara tangan kami saling membelai dan mengusap.
Kami masih duduk berhadapan. Lalu Sarilah yang mulai membuka semua pakaianku. Dia kecup leherku turun ke bawah ke dada dan ke puting dadaku. Sampai disini, dia menjulurkan lidahnya dan putingku dijilat-jilat. penisku langsung menegang, sangat keras dan semakin keras karena diremas-remas olehnya.
Singkat kata, kami pun sudah bertelanjang bulat dan aku pun segera menindih badannya yang kenyal dan padat. Karena ada sisa kegugupan, maka aku langsung coba memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
"Tunggu, pelan-pelan saja Mas Ndut," bisiknya sambil mengelus kepala kemaluanku di depan lubangnya. Pelan-pelan sekali. Lalu tugasnya kuambil alih dan kulanjutkan menyentuh dan menggosokkan kepala penisku itu. Pelan dan pelan sekali. Terasa olehku lubangnya semakin basah dan licin. Tiba-tiba.. "Slepp.." masuklah penisku ke dalam sangkarnya.
Aku mulai menggenjot perlahan-lahan. Naik turun, naik turun. Sementara itu bibir kami berdua tetap bertaut. Saling kecup, saling hisap. Tangan Sari mengusap-usap punggungku terkadang turun ke bawah ke pantat dan jarinya mempermainkan lubang pantatku, geli campur enak. Tanganku sibuk mengelus kepalanya dan rambutnya. Semua kami lakukan dengan pelan dan lembut.
Setiap aku hampir sampai ke puncak, Sari selalu memelukku erat-erat sehingga aku tidak bisa bergerak. Tepatnya, kami berdua diam tak bergerak sambil saling peluk dan penisku tertanam dalam di kemaluannya. Setelah agak reda kembali aku memompa naik turun.
Selang beberapa saat, Sari ganti di atas. Rupanya dia amat menyenangi posisi ini. Ganti sekarang dia yang memeluk dan menciumiku sementara pantatnya bergoyang dan berputar dengan penisku tertancap di dalam kemaluannya. Semakin lama semakin semangat. Sampai akhirnya ia pun mengejang dan mulutnya berdesis-desis dan kepalanya bergoyang-goyang liar ke kiri dan ke kanan, kupeluk dia dan kutekan pantatnya sehingga sampailah ia pada puncak kepuasannya. Lemaslah tubuh Sari dan dia menciumi seluruh wajahku sambil mengucapkan, "Terima kasih ya Mas? Mas telah melakukan tugas dengan baik.. aku sungguh tidak menyangka Mas bisa membuatku melayang sampai ke langit yang ke-tujuh.. (ucapnya sambil mengecup bibirku, terus tangannya memegang penisku yang menurut dia jauh lebih besar dan panjang dari punya Nasem)".
Selesai tugasku maka aku pun membalikkan badannya dan ganti aku di atas. Kuangkat kedua kakinya dan kubelitkan di kedua pahaku lalu kumasukkan penisku dan kukocok perlahan-perlahan untuk makin lama makin cepat dan akhirnya menyemburlah air maniku ke dalam lubang vagina Sari. Sari memeluk tubuhku erat-erat dan kami pun berciuman lama. Sempat sekitar sepuluh menit kami diam tak bergerak dalam posisi aku di atas badannya dan tubuh kami tetap jadi satu bersambung dari bawah.
Tak terasa 'pekerjaan' yang kulaksanakan ini sudah menginjak malam ke dua belas.
"Mas Ndut, sebenarnya menurut perhitungan saya, haid saya sudah lewat 7 hari yang lalu," kata Sari pada suatu malam setelah kami kelelahan. Tapi Nasem masih belum yakin istrinya hamil. Aku dimintanya 'bersabar' barang sepuluh hari atau dua minggu lagi. Bersamaan dengan itu, ia mengirimkan uang belanja untuk istriku dan anak-anakku.
Hingga pada suatu hari, terhitung hampir sebulan aku di sana. Nasem membawa istrinya ke dokter ahli kandungan. Tak berapa lama mereka pun pulang dengan wajah yang cerah. Berhasil!
"Oh Ndut, istriku hamil!" katanya gembira.
Kiranya 'pekerjaanku' tak sia-sia. Kusarankan pada mereka untuk menjaga kandungan Sari, hingga kelak si jabang bayi lahir. Aku sendiri, sudah kangen pada keluargaku di kampung. Maklum, hampir sebulan aku meninggalkan mereka. Tapi aku berjanji kepada Nasem, bersedia diundang lagi seandainya hasilnya gagal. Nasem pun tak keberatan melepaskanku pulang. Kebetulan dua hari lagi ada kapal berangkat ke Surabaya. Sorenya mereka belanja oleh-oleh untuk keluargaku di rumah. Aduh bukan main senangnya hati mereka. Setelah itu aku pun berangkat naik kapal pulang ke kampung.
Singkat cerita, sesampainya di rumah kukatakan pada istriku bahwa aku diminta menyelesaikan bangunan rumahnya. Dan istriku percaya saja. Tapi dalam hati, aku merasa berdosa kepadanya.
Delapan bulan kemudian aku menerima surat dari Nasem bahwa 'anaknya' telah lahir, wanita, cantik lagi, dan diberinya nama Ratih. "Ah syukurlah," gumamku.
Begitulah yang terjadi. Rahasia ini masih kusimpan demi ketenangan keluargaku. Tapi satu hal yang tak dapat kupungkiri, bahwa darah dagingku pun terpisah di sana. Disatu sisi aku bangga dapat membahagiakan sahabatku dan membalas budinya. Tapi disisi lain soal akibat dosanya, kuserahkan kepada Yang Di Atas. Aku hanya dapat berucap, mohon ampun pada-Nya.
Mungkin cukup sekian dulu untuk artikel Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru yang telah saya berikan kepada sobat sekalian pengunjung setia blog ini, dan semoga saja info atau artikel mengenai Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku ini bisa bermanfaat untuk sobat sekalian yang memang sedang mencari nya. Sekian dan terima kasih sudah berkunjung.
Setelah baca jangan lupa jempolnya..makasih..
Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang
Diposting oleh
Unknown
di
19.41
Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang - Di kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi atau artikel mengenai Cerita Dewasa Terbaru dan di artikel sebelum nya saya telah membahas atau membuat postingan tentang Cerita Sex 2014 Terbaru yang bisa sobat baca juga. Untuk kali ini giliran Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang yang akan saya bahas dan berikan infromasi lengkap nya kepada sobat sekalian yang memang sedang mencari nya.
Untuk melihat informasi mengenai Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang ini sobat bisa langusng lihat info lengkap nya langsung dibawah ini. Berikut ini Cerita Dewasa Terbaru yang bisa sobat simak atau lihat selengkap nya dibawah ini
Bagi kalian yang belum berumur 20 tahun silahkan kalian baca artikel yang lain karena ini adalahCerita Dewasa atau istilah lain nya Cerita Seks.
Pertama-tama perkenalkan nama saya Harnowo, berasal dari sebuah kota J di Jawa Tengah. Sekarang ini saya bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Adapun kisah ini terjadi kurang lebih 6 tahun yang lalu saat saya masih kuliah tingkat akhir di kota yang sama.
Sebagaimana kebiasaan kota-kota di Jawa Tengah dimana masyarakatnya hidup saling membantu, demikian juga dengan keluarga saya. Sebagai salah seorang yang memiliki kedudukan relatif tinggi di kantor-nya, bapak saya memiliki beberapa anak buah, yang pada saat ada acara-acara keluarga seperti syukuran, arisan, dll datang ke rumah untuk membantu tanpa diminta sekalipun.
Dari beberapa anak buah bapak saya yang sering berkunjung itu ada seseorang yang sering saya perhatikan, sebutlah namanya Mbak Ati yang berusia kurang lebih 8 tahun diatas saya. Orangnya biasa-biasa saja, tidak terlalu cantik bahkan, tetapi menurut saya memiliki sex appeal yang tinggi. Perawakannya, menurut istilah Jawa lencir, artinya badan agak kurus namun tinggi semampai dengan buah dada tidak begitu besar tetapi mengkal. Dari beberapa kedatangan ke rumah saya itulah saya semakin akrab dengan Mbak ati, yang untungnya juga sangat supel untuk bergaul dengan siapa saja, mungkin juga karena saya anak boss-nya.
Sebagai informasi, Mbak Ati berasal dari kota B yang berjarak 50 km dari kota saya, sehingga di kota J itu dia ngekos dan setiap akhir minggu harus bolak-balik untuk menjenguk suami dan anaknya yang terpaksa ditinggal di kota B. Adapun suaminya bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi, dan di kota B suami dan anak Mbak Ati tinggal bersama dengan orang tua Mbak Ati.
Kejadian antara saya dengan Mbak Ati berawal dari kedatangan Mbak Ati bersama salah seorang teman kantornya, yang terus terang saya lupa namanya ke rumah. Hari dan tanggal-nya juga saya lupa, cuma yang saya ingat adalah hari itu adalah selang beberapa hari setelah lebaran. Pada siang itu saya sedang sendirian berada di rumah, dimana saudara-saudara dan orang tua saya sedang bepergian. Maklumlah saat itu saya sedang melakukan penulisan skripsi sehingga banyak waktu di rumah.
"Bapak-Ibu ada Mas" tanya Mbak Ati
"Enggak ada Mbak" jawab saya, sambil menerangkan bahwa kedua orang tua saya sedang pergi semenjak pagi, sehingga mungkin siang ini sudah pulang.
"Apa mau ditunggu?" tawar saya kepada mereka.
Mereka lalu mengangguk setuju dengan asumsi orang tua saya akan pulang +/- 1 jam lagi.
Kemudian mereka masuk dan duduk lesehan di ruang keluarga rumah saya. Sebagai seorang tuan rumah yang baik, saya tinggal mereka sebenatar untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan makanan ringan. Setelah itu kami ngobrol ngalor-ngidul sambil nonton TV yang berada di ruangan tsb.
Selang 15 menit kemudian teman Mbak Ati pamit untuk ke belakang sebentar, sehingga tinggallah kami berdua. Sebagai seseorang laki-laki yang udah lama memperhatikan dan ada kesempatan berdua dengan Mbak Ati, saya keluarkanlah segala kenekatan saya. Sampai sekarang saya selalu tersenyum sendiri mengingat hal tsb. Saya dekati Mbak Ati dengan deg-degan.
"Mbak?" tanya saya,
"Apa?" jawab Mbak Ati
terus diam sebentar, setelah itu ..
"Boleh cium enggak?" kata saya tiba-tiba,
saat itu Mbak Ati diam aja, ya udah saya anggap berarti boleh.
Kemudian saya cium pipinya kanan kiri berulang kali.
Mbak Ati cuman berkata "ati-ati kalau kelihatan temen lho, khan gak enak".
Demi kehati-hatian pula saya lalu ke belakang untuk memantau aktivitas temen Mbak Ati. Setelah merasa aman, karena temen itu buang air besar maka saya kembali lagi ke ruang keluarga.
"Aman kok Mbak" terang saya sambil menjelaskan keadaan.
Kemudian saya ciumin lagi pipinya sekali lagi, setelah itu saya tingkatkan mencium bibirnya. Seperti biasa, pertama-tama ada perlawanan dari Mbak Ati mungkin karena kaget. Namun demikian setelah itu bibir dan lidah kami saling berpagutan. Yang saya ingat waktu itu adalah lipstik yang dikenakan Mbak Ati nempel di bibir saya, sehingga saya harus membersihkan dengan kaos saya hahahaha.
Sambil mengungkapkan kekaguman saya akan bentuk tubuhnya yang lencir, tidak lupa tangan saya kemudian menjelajahi buah dadanya dari luar. Ukurannya tidak begitu besar, mungkin 34A, namun masih mengkal. Tidak puas dengan itu, tangan kanan kemudian saya masukkan ke dalam BH-nya sambil memilin-milin putingnya. Karena ini pengalaman pertama, memang rasanya sulit untuk dilukiskan. Pokoknya benar-benar baru memegang sesuatu yang empuk dan kenyal.
Mengingat kami harus berati-hati agar tidak ketahuan teman-nya Mbak Ati, maka saya memutuskan untuk menghentikan serangan. Saya anggap hal tsb. cukup sebagai awalan, yang penting Mbak Ati enggak menolak kalau saya cium dan pegang buah dadanya.
Setelah menunggu selama 1 jam, dimana kedua orang tua saya juga belum kembali, maka Mbak Ati dan temannya memutuskan untuk pulang sambil berpesan agar menyampaikan kepada ortu bahwa mereka berdua tadi telah datang berkunjung.
Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, Mbak Ati masih sering berkunjung ke rumah saya untuk sekedar membantu acara keluarga atau kantor, maupun sekedar main-main. Oh iya Mbak Ati memiliki hobi fitnes di sebuah tempat yang berjarak 200 meter dari rumah saya, sehingga setelah selesai sering main ke rumah.
Selang beberapa bulan kemudian baru ada kejadian yang kurang lebih sama dengan kejadian diatas. Hal itu dimulai dengan hampir berakhirnya masa berlaku SIM saya. Mengingat ada saudara Mbak Ati yang bekerja di kepolisian, maka pada saat mengurus perpanjangan SIM, saya meminta bantuan Mbak Ati. Dan Mbak Ati-pun menyetujuinya.
Beberapa urusan yang berkaitan dengan administrasi telah diselesaikan oleh saudara-nya Mbak Ati, dimana saya hanya perlu datang untuk pengambilan foto saja. Karena saya belum kenal dengan saudara-nya itu, saya datang bersama dengan Mbak Ati dengan terlebih dahulu saya jemput dia dengan mobil ke kantornya. Setelah foto, Mbak Ati meminta bantuan saya untuk mengantar dia ke suatu tempat yang lumayan jauh untuk suatu urusan yang penting, mumpung ada mobil katanya. Adapun SIM yang hampir jadi nanti akan diantarkan oleh dia sendiri ke rumah.
"Wah kesempatan lagi nih" pikir saya agak nekat lagi. Kemudian saya ajak ngobrol mengenai kejadian yang telah kami lakukan beberapa bulan sebelumnya. Dia mengatakan enggak apa-apa. Jawaban lain yang saya peroleh malah tidak saya duga, dimana dia mengatakan memiliki beberapa koleksi majalah porno. Tidak saya sia-siakan tawaran itu, kemudian kami ke kos Mbak Ati terlebih dahulu mengambil majalah tsb. Didalam mobil sambil menyetir saya melihat-lihat majalah tsb. Mbak Ati melihat sambil senyum-senyum. Namun karena saya pikir melihat majalah-nya dapat dilakukan di rumah saja, maka sebaiknya saya lebih memanfaatkan kesempatan berdua yang ada.
Sehingga tangan kiri saya mulai saya tempelkan ke paha Mbak Ati. Karena tidak ada penolakan, maka saya teruskan sampai daerah pangkal pahanya. Yang saya inget waktu itu Mbak Ati mengenakan 2 buah celana dalam secara bersamaan. Sehingga serangan saya agak tersendat. Setelah dijelaskan, bahwa dia memakai 2 CD, maka dengan leluasa tangan saya dapat menyentuh daerah kewanitaannya. Selama perjalanan tangan kiri saya banyak berkutat di daerah tsb. sehingga semakin lama semakin basah. Kadang-kadang saya tarik untuk sekedar ganti persneling atau mencium bau daeah kewanitaan. Woow seperti ini ya baunya vagina. Rasanya kayak nano-nano, ramai campur aduk.
Setelah selesai urusannya, Mbak Ati saya antar kembali ke kantornya. Suatu pengalaman baru telah bertambah lagi.
Malam harinya, Mbak Ati datang ke rumah saya mengantarkan SIM yang telah jadi, sesuai dengan janjinya pada siang tadi. Selang beberapa waktu setelah Mbak Ati datang, saya juga tidak mengerti mengapa semua serba kebetulan, kedua orang tua saya akan pergi ke acara kondangan. Sehingga yang ada dirumah tinggal saya, Mbak Ati dan seorang adik saya yang masih kecil. Meneruskan acara siang tadi, setelah orang tua saya pergi, Mbak Ati saya tarik ke dalam kamar saya. Pada saat itu adik saya sedang belajar di kamarnya. Dengan sedikit protes, namun tidak saya hiraukan, kami kemudian berciuman bibir dengan hebat. Teknik tarik menarik lidah diperkenalkan oleh Mbak Ati kepada saya. Rasanya benar-benar sangat mengasyikkan.
Sambil melakukan ciuman lidah, tangan saya bergerilya ke sekitar buah dada yang tiada bosan-bosannya saya pegang dan kemudian juga sekitar daerah selangkangannya.
Selang beberapa menit kemudian, tanpa pernah ada kata-kata yang keluar, saya lepaskan seluruh pakaian yang menempel pada tubuh Mbak Ati. Benar-benar suatu pemandangan yang sangat indah. Yang menjadi perhatian utama saya adalah bentuk vagina-nya. Benar-benar mengejutkan, tanpa ada bulu yang menempel sedikitpun. Waktu saya tanya, dia menjawab semenjak kecil memang tidak tumbuh bulu sedikitpun di daerah vaginanya. Karena penasaran saya teliti detail daerah vagina-nya. Setelah puas baru saya ciumin bagian dalemnya. Mbak Ati cuman merintih-rintih namun tidak bersuara. Baunya benar-benar kayak nano-nano, sulit untuk digambarkan. Saya yakin para pembaca pernah mengalaminya sendiri. Namun untuk memperoleh yang vaginya tanpa bulu sedikitpun, saya pikir itu adalah pengalaman yang langka. Setelah puas menciumi vaginanya, saya meminta Mbak Ati untuk melakukan oral terhahap kemaluan saya. karena itu adalah pengalaman pertama rasanya benar-benar sangat mengasyikkan. Sehingga dalam hitungan menit pertahanan saya jebol. Kejadian yang tidak saya duga adalah Mbak Ati melahap semua air mani saya.
Mengingat karena Mbak Ati belum puas banget, sedangkan saya sudah lemas, maka saya kemudian menciumi lagi daerah vagina Mbak Ati yang sangat antik tsb. Kurang lebih 20 menit saya ciumin dan akhirnya dengan lamat-lamat setelah Mbak Ati mengucapkan "Ahh" saya akhiri oral sex tsb.
Sadar bahwa kami tidak sendirian di rumah, maka untuk sementara kami cukupkan acara pada malam itu sambil saling berbisik untuk melakukan hal-hal yang lebih asyik pada kesempatan lain.
Mungkin cukup sekian dulu untuk artikel Cerita Dewasa Terbaru yang telah saya berikan kepada sobat sekalian pengunjung setia blog ini, dan semoga saja info atau artikel mengenai Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang ini bisa bermanfaat untuk sobat sekalian yang memang sedang mencari nya. Sekian dan terima kasih sudah berkunjung.
Untuk melihat informasi mengenai Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang ini sobat bisa langusng lihat info lengkap nya langsung dibawah ini. Berikut ini Cerita Dewasa Terbaru yang bisa sobat simak atau lihat selengkap nya dibawah ini
Cerita Dewasa Terbaru
Bagi kalian yang belum berumur 20 tahun silahkan kalian baca artikel yang lain karena ini adalahCerita Dewasa atau istilah lain nya Cerita Seks.
Pertama-tama perkenalkan nama saya Harnowo, berasal dari sebuah kota J di Jawa Tengah. Sekarang ini saya bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Adapun kisah ini terjadi kurang lebih 6 tahun yang lalu saat saya masih kuliah tingkat akhir di kota yang sama.
Sebagaimana kebiasaan kota-kota di Jawa Tengah dimana masyarakatnya hidup saling membantu, demikian juga dengan keluarga saya. Sebagai salah seorang yang memiliki kedudukan relatif tinggi di kantor-nya, bapak saya memiliki beberapa anak buah, yang pada saat ada acara-acara keluarga seperti syukuran, arisan, dll datang ke rumah untuk membantu tanpa diminta sekalipun.
Dari beberapa anak buah bapak saya yang sering berkunjung itu ada seseorang yang sering saya perhatikan, sebutlah namanya Mbak Ati yang berusia kurang lebih 8 tahun diatas saya. Orangnya biasa-biasa saja, tidak terlalu cantik bahkan, tetapi menurut saya memiliki sex appeal yang tinggi. Perawakannya, menurut istilah Jawa lencir, artinya badan agak kurus namun tinggi semampai dengan buah dada tidak begitu besar tetapi mengkal. Dari beberapa kedatangan ke rumah saya itulah saya semakin akrab dengan Mbak ati, yang untungnya juga sangat supel untuk bergaul dengan siapa saja, mungkin juga karena saya anak boss-nya.
Sebagai informasi, Mbak Ati berasal dari kota B yang berjarak 50 km dari kota saya, sehingga di kota J itu dia ngekos dan setiap akhir minggu harus bolak-balik untuk menjenguk suami dan anaknya yang terpaksa ditinggal di kota B. Adapun suaminya bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi, dan di kota B suami dan anak Mbak Ati tinggal bersama dengan orang tua Mbak Ati.
Kejadian antara saya dengan Mbak Ati berawal dari kedatangan Mbak Ati bersama salah seorang teman kantornya, yang terus terang saya lupa namanya ke rumah. Hari dan tanggal-nya juga saya lupa, cuma yang saya ingat adalah hari itu adalah selang beberapa hari setelah lebaran. Pada siang itu saya sedang sendirian berada di rumah, dimana saudara-saudara dan orang tua saya sedang bepergian. Maklumlah saat itu saya sedang melakukan penulisan skripsi sehingga banyak waktu di rumah.
"Bapak-Ibu ada Mas" tanya Mbak Ati
"Enggak ada Mbak" jawab saya, sambil menerangkan bahwa kedua orang tua saya sedang pergi semenjak pagi, sehingga mungkin siang ini sudah pulang.
"Apa mau ditunggu?" tawar saya kepada mereka.
Mereka lalu mengangguk setuju dengan asumsi orang tua saya akan pulang +/- 1 jam lagi.
Kemudian mereka masuk dan duduk lesehan di ruang keluarga rumah saya. Sebagai seorang tuan rumah yang baik, saya tinggal mereka sebenatar untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan makanan ringan. Setelah itu kami ngobrol ngalor-ngidul sambil nonton TV yang berada di ruangan tsb.
Selang 15 menit kemudian teman Mbak Ati pamit untuk ke belakang sebentar, sehingga tinggallah kami berdua. Sebagai seseorang laki-laki yang udah lama memperhatikan dan ada kesempatan berdua dengan Mbak Ati, saya keluarkanlah segala kenekatan saya. Sampai sekarang saya selalu tersenyum sendiri mengingat hal tsb. Saya dekati Mbak Ati dengan deg-degan.
"Mbak?" tanya saya,
"Apa?" jawab Mbak Ati
terus diam sebentar, setelah itu ..
"Boleh cium enggak?" kata saya tiba-tiba,
saat itu Mbak Ati diam aja, ya udah saya anggap berarti boleh.
Kemudian saya cium pipinya kanan kiri berulang kali.
Mbak Ati cuman berkata "ati-ati kalau kelihatan temen lho, khan gak enak".
Demi kehati-hatian pula saya lalu ke belakang untuk memantau aktivitas temen Mbak Ati. Setelah merasa aman, karena temen itu buang air besar maka saya kembali lagi ke ruang keluarga.
"Aman kok Mbak" terang saya sambil menjelaskan keadaan.
Kemudian saya ciumin lagi pipinya sekali lagi, setelah itu saya tingkatkan mencium bibirnya. Seperti biasa, pertama-tama ada perlawanan dari Mbak Ati mungkin karena kaget. Namun demikian setelah itu bibir dan lidah kami saling berpagutan. Yang saya ingat waktu itu adalah lipstik yang dikenakan Mbak Ati nempel di bibir saya, sehingga saya harus membersihkan dengan kaos saya hahahaha.
Sambil mengungkapkan kekaguman saya akan bentuk tubuhnya yang lencir, tidak lupa tangan saya kemudian menjelajahi buah dadanya dari luar. Ukurannya tidak begitu besar, mungkin 34A, namun masih mengkal. Tidak puas dengan itu, tangan kanan kemudian saya masukkan ke dalam BH-nya sambil memilin-milin putingnya. Karena ini pengalaman pertama, memang rasanya sulit untuk dilukiskan. Pokoknya benar-benar baru memegang sesuatu yang empuk dan kenyal.
Mengingat kami harus berati-hati agar tidak ketahuan teman-nya Mbak Ati, maka saya memutuskan untuk menghentikan serangan. Saya anggap hal tsb. cukup sebagai awalan, yang penting Mbak Ati enggak menolak kalau saya cium dan pegang buah dadanya.
Setelah menunggu selama 1 jam, dimana kedua orang tua saya juga belum kembali, maka Mbak Ati dan temannya memutuskan untuk pulang sambil berpesan agar menyampaikan kepada ortu bahwa mereka berdua tadi telah datang berkunjung.
Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, Mbak Ati masih sering berkunjung ke rumah saya untuk sekedar membantu acara keluarga atau kantor, maupun sekedar main-main. Oh iya Mbak Ati memiliki hobi fitnes di sebuah tempat yang berjarak 200 meter dari rumah saya, sehingga setelah selesai sering main ke rumah.
Selang beberapa bulan kemudian baru ada kejadian yang kurang lebih sama dengan kejadian diatas. Hal itu dimulai dengan hampir berakhirnya masa berlaku SIM saya. Mengingat ada saudara Mbak Ati yang bekerja di kepolisian, maka pada saat mengurus perpanjangan SIM, saya meminta bantuan Mbak Ati. Dan Mbak Ati-pun menyetujuinya.
Beberapa urusan yang berkaitan dengan administrasi telah diselesaikan oleh saudara-nya Mbak Ati, dimana saya hanya perlu datang untuk pengambilan foto saja. Karena saya belum kenal dengan saudara-nya itu, saya datang bersama dengan Mbak Ati dengan terlebih dahulu saya jemput dia dengan mobil ke kantornya. Setelah foto, Mbak Ati meminta bantuan saya untuk mengantar dia ke suatu tempat yang lumayan jauh untuk suatu urusan yang penting, mumpung ada mobil katanya. Adapun SIM yang hampir jadi nanti akan diantarkan oleh dia sendiri ke rumah.
"Wah kesempatan lagi nih" pikir saya agak nekat lagi. Kemudian saya ajak ngobrol mengenai kejadian yang telah kami lakukan beberapa bulan sebelumnya. Dia mengatakan enggak apa-apa. Jawaban lain yang saya peroleh malah tidak saya duga, dimana dia mengatakan memiliki beberapa koleksi majalah porno. Tidak saya sia-siakan tawaran itu, kemudian kami ke kos Mbak Ati terlebih dahulu mengambil majalah tsb. Didalam mobil sambil menyetir saya melihat-lihat majalah tsb. Mbak Ati melihat sambil senyum-senyum. Namun karena saya pikir melihat majalah-nya dapat dilakukan di rumah saja, maka sebaiknya saya lebih memanfaatkan kesempatan berdua yang ada.
Sehingga tangan kiri saya mulai saya tempelkan ke paha Mbak Ati. Karena tidak ada penolakan, maka saya teruskan sampai daerah pangkal pahanya. Yang saya inget waktu itu Mbak Ati mengenakan 2 buah celana dalam secara bersamaan. Sehingga serangan saya agak tersendat. Setelah dijelaskan, bahwa dia memakai 2 CD, maka dengan leluasa tangan saya dapat menyentuh daerah kewanitaannya. Selama perjalanan tangan kiri saya banyak berkutat di daerah tsb. sehingga semakin lama semakin basah. Kadang-kadang saya tarik untuk sekedar ganti persneling atau mencium bau daeah kewanitaan. Woow seperti ini ya baunya vagina. Rasanya kayak nano-nano, ramai campur aduk.
Setelah selesai urusannya, Mbak Ati saya antar kembali ke kantornya. Suatu pengalaman baru telah bertambah lagi.
Malam harinya, Mbak Ati datang ke rumah saya mengantarkan SIM yang telah jadi, sesuai dengan janjinya pada siang tadi. Selang beberapa waktu setelah Mbak Ati datang, saya juga tidak mengerti mengapa semua serba kebetulan, kedua orang tua saya akan pergi ke acara kondangan. Sehingga yang ada dirumah tinggal saya, Mbak Ati dan seorang adik saya yang masih kecil. Meneruskan acara siang tadi, setelah orang tua saya pergi, Mbak Ati saya tarik ke dalam kamar saya. Pada saat itu adik saya sedang belajar di kamarnya. Dengan sedikit protes, namun tidak saya hiraukan, kami kemudian berciuman bibir dengan hebat. Teknik tarik menarik lidah diperkenalkan oleh Mbak Ati kepada saya. Rasanya benar-benar sangat mengasyikkan.
Sambil melakukan ciuman lidah, tangan saya bergerilya ke sekitar buah dada yang tiada bosan-bosannya saya pegang dan kemudian juga sekitar daerah selangkangannya.
Selang beberapa menit kemudian, tanpa pernah ada kata-kata yang keluar, saya lepaskan seluruh pakaian yang menempel pada tubuh Mbak Ati. Benar-benar suatu pemandangan yang sangat indah. Yang menjadi perhatian utama saya adalah bentuk vagina-nya. Benar-benar mengejutkan, tanpa ada bulu yang menempel sedikitpun. Waktu saya tanya, dia menjawab semenjak kecil memang tidak tumbuh bulu sedikitpun di daerah vaginanya. Karena penasaran saya teliti detail daerah vagina-nya. Setelah puas baru saya ciumin bagian dalemnya. Mbak Ati cuman merintih-rintih namun tidak bersuara. Baunya benar-benar kayak nano-nano, sulit untuk digambarkan. Saya yakin para pembaca pernah mengalaminya sendiri. Namun untuk memperoleh yang vaginya tanpa bulu sedikitpun, saya pikir itu adalah pengalaman yang langka. Setelah puas menciumi vaginanya, saya meminta Mbak Ati untuk melakukan oral terhahap kemaluan saya. karena itu adalah pengalaman pertama rasanya benar-benar sangat mengasyikkan. Sehingga dalam hitungan menit pertahanan saya jebol. Kejadian yang tidak saya duga adalah Mbak Ati melahap semua air mani saya.
Mengingat karena Mbak Ati belum puas banget, sedangkan saya sudah lemas, maka saya kemudian menciumi lagi daerah vagina Mbak Ati yang sangat antik tsb. Kurang lebih 20 menit saya ciumin dan akhirnya dengan lamat-lamat setelah Mbak Ati mengucapkan "Ahh" saya akhiri oral sex tsb.
Sadar bahwa kami tidak sendirian di rumah, maka untuk sementara kami cukupkan acara pada malam itu sambil saling berbisik untuk melakukan hal-hal yang lebih asyik pada kesempatan lain.
Mungkin cukup sekian dulu untuk artikel Cerita Dewasa Terbaru yang telah saya berikan kepada sobat sekalian pengunjung setia blog ini, dan semoga saja info atau artikel mengenai Cerita Dewasa Terbaru Mbak AtiKu Tersayang ini bisa bermanfaat untuk sobat sekalian yang memang sedang mencari nya. Sekian dan terima kasih sudah berkunjung.
Setelah baca jangan lupa jempolnya..makasih..
Rabu, 12 Maret 2014
Cerita Sex Dewasa Terbaru
Diposting oleh
Unknown
di
01.53
Oke Langsung Saja Di Simak :
Entah bagaimana cerita panas dengan ibu muda tetangga kos bisa terjadi. Jujur bukan sebuah rencana, namun karena memang sudah takdir bercinta dengan tante seksi ini.
Namaku Iful..umur 29 taon, tinggi 168 paras badanku tegap, rambutku lurus dan ukuran vitalku biasa saja normal org Indonesia lah…panjangnya kira2 16 cm dan diameternya aku ggak pernah ukur…
Aku tinggal di rumah kost2 an istilahnya rumah berdempet2an neh…ada tetanggaku yg bernama Ibu Tiara, berjilbab umurnya sekitar 33 taon, anaknya dah 3 boo…yang paling
besar masih sekolah kelas 5 SD otomatis yg palg kecil umur 1,8 bln, sedangkan suaminya kerjanya di kontraktor (perusahaan) sebagai karyawan saja.
Setiap hari Ibu tiara ini wanita yang memakai jilbab panjang2 sampai ke lengan2nya boleh dikatakan aku melihatnya terlalu sempurna utk ukuran seorang wanita yag sdh berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.
Suatu ketika suaminya sdh pergi ke kantor utk kerja dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor…
“Iful…”ibu tiara memanggil dari sebelah…karena aku msh malas2 hari ini so aku tidur2an aja di t4 tidurku…”Iful…Iful….” Ibu minta tolong bisa..?? ujar Ibu Tiara dari luar..aku sbenarnya dah mendengar namun rasanya badanku lagi malas bangun …
karena mungkin aku yang di panggil tdk segera keluar, maka
ibu tiara dng hati2 membuka pintu rumahku dan masuk pelan2 mencari aku…seketika itu juga aku pura2 tutup mataku..dia mencari2 aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar…
“ohh….” Ujarnya…spontan dia kaget…karena kebiasaan kalo aku tidur tidak pernah pake baju dan hny celana dalam saja…dan pagi itu kontolku sebnarnya lagi tegang…biasa penyakit di pagi hari…(heheheh)
seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kmarku….aku coba mengintip dengan sbelah mataku…oo dia sudah tidak ada “ujarku dalm hati…tapi kira2 tak lama kemudian dia balik lagi dan mengendap2 mengintip kamarku…smbl tersenyum penuh arti…cukup lama dia perhatikan aku dan stlh itu ibu tiara lngsung balik ke rmhnya.
Besok pagi stlah semuanya tlah tidak ada di rumhnya ibu tiara, tinggal anaknya yg plg kecil dah tidur aku …sayup2 aku dengar di smpg rmhku yg ada di belkang, spertinya ada yg mencuci pakaian…aku intip di blkang…Ohh ibu tiara sdng mencuci pakaian…namun dia hny memakai daster terusan panjang dan jilbab …krn dasternya yg panjang, maka dasternya basah sampai ke paha…saat aku sdg intip..ibu tiara lgsg berdiri dan mengangkat dasternya serta merta mencopot celana dalamnya dan langsung dicuci sekalian…otomatis…saat itu aku melihat ooooohhh….memeknya yg merah dan pahanya yg putih di tumbuhi bulu2 halus…aku
langsung berputar otak2 ku ingin rasanya mencicipi memek yg indah dari ibu tiara yg berjilbab ini…
“Maaf ibu tiara…kemarin ibu ada perlu saya “ tanyaku ..mengagetkan ibu tiara dan semerta2 dia lngsung merapikan dasternya tersingkap smpai ke paha…
Iya nih mas Iful..Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kmar mandi “katanya.
Kalo gitu sekarang aja bu… soalnya sbentar lagi saya mo kerja “sambil mataku melihat dasternya…membayangkan apa yang didalamnya.
Oh iya ..lewat sini saja… Ujarnya..karena memang tipe rmh kost yg aku tempati di belkangnya Cuma di palang kayu dan seng otomatis kegiatan tetangga2 kelihatan di belakang.
Aku lngsung membuka kayu dan sengnya dan masuk ke dalam dan ibu tiara membawaku di depan…aku mengikuti di belakang…oohhh… seandainya aku bisa merasakan memek dan pantat ini sekarang” gumamku dlm hati.
“ini lampunya dan kursinya… hati2 yah jng sampe ribut soalnya anaku lg tidur”kata Ibu Tiara..
Aku lngsung memasang dan ibu tiara melanjutkan mencuci nya, setelah selesai aku lngsg blng “ibu sdh selesai “kataku… kemudian ibu tiara lngsung berdiri..tapi saat itu dia terpeleset ke arahku…seketika itu aku menangkapnya..ups…oh tanganku mengenai payudaranya yg montok dan tanganku satu lagi mengenai lngsung pantatnya yg tidak pake celana dalam dan hny ditutupi daster saja…”maaf Dik Iful…agak licin lantainya”ujarnya tersipu-sipu..Iful tunggu yah ibu bikinin Teh “ujarnya lagi…Dia ke dapur dan dari belakang aku mengikutinya scr pelan2..saat teh lagi di putar di dlm gelas..langsung aku memeluknya dr blkng…
Iful…apaan2 neh…sentak Ibu Tiara…maaf bu…saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi..”ujarku…Jangan Iful…aku dah punya suami ..”tapi ttp ibu tiara tdk melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya…Iful… jangaann.. langsung aku menciumi dari belakang menyikapi jilbabnya…sluurrp… oh..betapa putihnya leher ibu tiara ‘ujarku dlm hati…okhh…iful…
hmmm…ibu tiara menggeliat..langsung dia membalik badannya menghadapku..Iful…aku udah bers…saat dia mo ucapin sesuatu..langsung aku cium bibirnya…mmmprh…tak lama dia lngsung meresponku dan lngsung memeluk leherku .mmmmhprpp….bunyi mulutnya dan aku beradu…aku singkapi jilbabnya sedikit saja… sambil tanganku mencoba menggerayangi dadanya…aku melihat dasternya memakai kancing 2 saja diatas dadanya… aku membukanya..dan tersembullah buah dadanya yg putih mulusss…slurp…kujilat dan isap pentilnya….
Iful….ooohhh….ufhhh….”lirihnya … slurrpp….slurp..saa t aku jilat… sepertinya msh ada sedikit air susunya…hmmmm…tambah
nikmatnya..slurp..slurp…
Sambil menjilat dan menyedot susunya..aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya…tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas… karena dari tadi dia tidk pake celana dalam…maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan tanganku…Ohhh…oh… sssshhhh…guma m ibu tiara..kepalaku ku dekatkan ke memeknya dan kakinya kurenggangkan…sluruupp….pelan2
kujilati itil dan memeknya…oh iful…eennakkh…oghu…
mmmpphhff…t eriaknya pelan… kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan kekiri…pelan2 sambil lidahku bermain di memeknya …kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku yang telah tegang … namun ibu tiara masih tidak menyadari akan hal itu…pelan2 ku mengangkat dasternya… namun tidak sampai terbuka semuanya..hanya sampai di perutnya saja…dan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum…mmmppghh…iful… aku…”ujar ibu tiara..kuhisap dalam-dalam lidahnya…slurp… caup…oh ibu sungguh indah bibirmu, memekmu dan semuanya…lirihku..
Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya …kubawa ia ke atas meja makannya dan kusandarkan ibu tiara di pinggiran meja…tanganku ku mainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya…ahhh…ufh… oh…Ifulll….i bu udah nggak kuaatttttt…lirih Ibu tiara.
Pelan2 ku pegang kontolku…ku arahkan ke memeknya yang sudah basah dan licin….dan bleeesssssssssshh….ohhhhh…ufgh
hh….Ifulll….Teriak Ibu tiara… sleepep…slepp…. Kontolku ku diamkan sebentar ….Ibu Tiara sepontan melihat ke wajahku..dan langsung ia menunduk lagi…kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya…mulailah aku memompanya..slep…slep..selp…be
lssss….oh memeknya ibu sangat enak….Iful…kontolmu juga sangat
besar….rupanya ibu tiara udah tidak memikirkan lagi norma2..yang ada hanya lah nafsu birahinya yang harus dituntaskan….berulang-ulang ku pompa memeknya dengan kontolku….oohh..akhh…Ifull….ku
balikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja…ku tusuk memeknya dari belakang bleesssssssss… Ohhhhh….teriak Ibu Tiara…kuhujam sekeras-kerasnya
kontolku…tanganku remas2 susunya ….aku liat dari belakang sangat bagus gaya ibu tiara nungging ini, tanpa melepas daster dan jilbabnya..kutusuk terus …sleeeepp….sleeps
Hingga kurang lebih setengah jam ibu tiara bilang…Iful….ibu udah nggak tahan…..sabar bu bentar lagi saya juga……Ujarku… Oh…ohhhh…ufmpghhh …Iful…ibu mau keluarrrr…
achhhh……semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan oohhhhh…ku rasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya….semakin kupercepat gerakan menusukku…slep….slurp… bleeppp… . oh Ibu aku juga dah mo sampai neh…..cepat Iful…ibu bantu….oho….uhhhhh….ibu tiara menggoyangnya lagi…dan akhirnya Ibu….aku mo keluararrrrr…..sama2 yang Iful….ibu juga mo keluar lagi… teriaknya…dan….Ohhh…
ack…. .ahhhhh..aku dan ibu tiara sama –sama keluar…dan sejenak kulihat di memeknya terlihat becek dan banjir…
Setelah hening sejenak…ku cabut kontolku dan kupakai celana pendek setelah itu ibu tiara merapikan Daster dan jilbabnya…langsung aku minta maaf kepadanya…
Bu..mohon maaf ..Iful khilaf.’kataku.
Tidak apa2 kok iFul…ibu juga yang salah…yang menggoda Iful “ujarnya…
Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi siap2 kerja…setelah mandi kulihat ibu tiara sedang menjemur pakaian…tapi jelas didalam daster ibu tiara tidak memakai celana dalam karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi mulai mendekati jam 10 pagi..
Sebelum aku pergi ku sempatkan pamitan ke ibu tiara dan dia tersenyum …tidak tau apakah ada artinya atau tidak.
Sejak kejadian itu, aku sering menyelinap masuk ke kamar Ibu Tiara untuk meminta jatah yang jelas tanpa sepengetahuan suaminya.
Sekian Pos tentang
Langganan:
Postingan (Atom)